Terjadi dengan ledakan dahsyat,
alam semesta diyakini sedang menuju pada kematiannya, lambat laun. Itulah
kesimpulan sebuah studi astronomi yang digelar oleh sekitar 100 ilmuwan dengan
memakai teleskop paling kuat di dunia.
Mereka mempelajari energi yang
datang dari lebih dari 200 ribu galaksi di alam semesta yang bisa diobservasi.
Sebetulnya, sudah lama ahli astronomi meyakini bahwa alam semesta ini bakal
mati. Namun studi terbaru ini dilakukan dengan perhitungan yang paling presisi
ketimbang sebelumnya. Dari observasi 100 ilmuwan yang dimuat di website
European Southern Observatory itu, terkonfirmasi bahwa kosmos ini mengeluarkan
radiasi tinggal setengahnya, dibandingkan energi yang ada pada 2 miliar tahun
lalu.
Mereka mengecek energi yang ada
pada sekumpulan spektrum gelombang cahaya dan radiasi elektromagnetik lain.
Ternyata ada pemudaran pada semua panjang gelombang, dari ultraviolet sampai
inframerah jauh.
Pada usianya yang hampir 13,8
miliar tahun, alam semesta ini disebut sedang memasuki masa senja. “Seperti
duduk di sofa, menarik selimut kemudian tidur dalam waktu yang abadi,” tutur
Simon Driver, astronom yang memimpin tim 100 ahli itu, seperti dikutip CNN.
Tapi ‘kematian’ ini bukan berarti
bahwa alam semesta ini akan lenyap. Alam semesta akan tetap di tempatnya, tapi
bintang-bintangnya dan semua yang menghasilkan cahaya sendiri, juga kerlip
bintang, akan melemah.
“Alam semesta ini semakin tua
selamanya, secara lambat mengubah sedikit massa jadi energi pada miliaran tahun
yang berlalu, sampai kemudian menjadi dingin, gelap, dan terasing, saat cahaya
tidak ada lagi,” kata astronom Luke Davies.
Kapan itu terjadi? Ahli
astrofisika meyakini itu bakal terjadi triliunan tahun lagi.